Dokter tak Rekomendasikan Pakai Masker Scuba, Kenapa?
BusinessNews Indonesia – Saat ini kebanyakan masyarakat menggunakan masker Scuba untuk menangkal penyebaran virus Corona lewat udara. Namun pemakaian masker jenis ini belakangan dokter tak merekomendasikannya.
Menurut para ahli kesehatan, memakai masker Scuba yang bertujuan terhindar dari Covid-19 tak efektif. Sebab secara medis tidak memberikan perlindungan terhadap penularan virus penyebab COVID-19 lantaran bahannya yang tak memenuhi syarat menangkan virus.
Hal itu misalnya diungkapkan oleh praktisi klinik sekaligus relawan COVID-19, dr. Muhamad Fajri Adda’i, bahwa masker Scuba dibuat dari bahan tipis yang elastis, karena hanya terdiri dari satu lapisan kain dan kecenderungan menjadi longgar.
“Masker Scuba itu tipis satu lapis, tidak efektif, karena bahannya neoprene, cenderung elastis. Jika ditarik pori akan membesar. Padahal kita butuh kemampuan filtrasinya,” katanya di Jakarta, Jum’at (18/09/2020).
Itu juga pernah diungkapkan oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito bahwa masker dengan satu lapisan dan terlalu tipis memungkinkan virus penyebab COVID-19 menembus. Di sini termasuk juga penggunaan Buff. Sebab bahannya tipis dan renggang jika ditarik walau sedikit.
Merujuk pada penelitian ilmiah dalam jurnal ACS Nano belum lama ini, Fajri mengungkapkan, kemampuan electrostatic atau menyaring partikel-partikel yang lebih kecil menjadi poin penting di sini.
Bahan sutra atau silk empat lapis bisa menyaring banyak partikel, diikuti chiffon yang merupakan gabungan 90 persen poliester dan 10 persen spandeks, lalu flanel yang terdiri dari 65 persen katun dan 35 persen poliester.
Terkait ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Satgas COVID-19 merekomendasikan kain tiga lapis yakni lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah untuk menyaring dan lapisan luar yang terbuat dari bahan seperti poliester.
Penelitian dari Universitas Illinois menemukan, tiga lapis kain 100 persen katun sama protektifnya seperti masker bedah atau medis.
Walau begitu, menurut Fajri, katun cult dua lapis sebenarnya sudah memberikan perlindungan. Jenis katun ini memiliki kerapatan 180 benang per inci dengan ketebalan 0,5 sentimeter.
“Cotton cult paling bagus untuk (menyaring) partikel besar dan lebih kecil, 180 thread per inci, ketebalannya setengah sentimeter,” ujar dia yang tergabung dalam Junior Doctor Network Indonesia itu. (ed.AS/businessnews.co.id/antara)
Comments are closed.