BusinessNews Indonesia – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), produsen minyak mentah terbesar di Indonesia, berperan penting dalam menjaga ketahanan energi nasional dengan memasok sekitar 25% dari total produksi minyak mentah Indonesia. Produksi tersebut sepenuhnya dialokasikan untuk kebutuhan energi domestik, mendukung kemandirian energi negara.
Dalam menghadapi tantangan industri energi yang semakin kompleks, PHR mengedepankan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan operasional. Transformasi digital yang dijalankan mencakup berbagai aspek mulai dari pemantauan real-time hingga optimalisasi proses produksi dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT).
Menurut Triatmojo Rosewanto, Vice President Information Technology di PHR, penerapan teknologi ini tidak hanya mempermudah pengambilan keputusan secara cepat dan tepat, tetapi juga terbukti mendukung pencapaian target produksi yang ditetapkan pemerintah.
“Teknologi-teknologi ini tidak hanya mampu mendukung peningkatan produktivitas, tetapi juga menjamin keselamatan operasional dan memitigasi risiko lingkungan, sesuai dengan prioritas kami untuk menjaga keberlanjutan energi di Indonesia,” ujarnya.
Transformasi digital ini menjadi tonggak penting bagi PHR dalam menjaga stabilitas produksi, terutama karena WK Rokan mencakup lebih dari 6.400 km² dengan lebih dari 11.300 sumur aktif.
Sejak alih kelola pada Agustus 2021, PHR telah melakukan lebih dari 1.300 pemboran sumur baru. Ini menunjukkan skala operasi yang besar dan kompleks.
Tanpa teknologi dan inovasi digital, PHR akan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi di lapangan-lapangan minyak yang telah berusia puluhan tahun.
Dengan teknologi seperti Well Monitoring Systems yang menggunakan Rod Pump Simulator dan Rod Pump Controller (RPC), PHR mampu mengumpulkan data real-time untuk pemantauan produksi.
Teknologi ini memungkinkan identifikasi dini terhadap potensi kerusakan dan perawatan preventif, yang mendukung optimalisasi produksi minyak mentah dengan efisiensi biaya yang lebih tinggi.
Hasilnya, tingkat keberhasilan pekerjaan perbaikan sumur menjadi lebih tinggi, memastikan operasi tetap berjalan optimal dan berkelanjutan.
Selain itu, Mixed Reality (MR) melalui perangkat HoloLens memungkinkan inspeksi dan asistensi teknis secara virtual, sehingga mengurangi kebutuhan mobilisasi tim ke lapangan dan menekan risiko keselamatan.
Teknologi MR ini juga dimanfaatkan dalam pelatihan simulasi, membantu teknisi dan engineer dalam memahami prosedur kerja tanpa berada langsung di area yang rawan dan berbahaya.
Langkah ini tidak hanya meningkatkan kompetensi tenaga kerja tetapi juga memastikan keselamatan operasional tetap terjaga.
Dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja, PHR juga mengadopsi teknologi Computer Vision yang mampu mendeteksi kepatuhan karyawan terhadap penggunaan kelengkapan keamanan, seperti helm, sepatu keselamatan, dan perlengkapan lainnya.
Teknologi ini mendukung pengawasan secara otomatis dan real-time, sehingga setiap potensi ketidakpatuhan dapat segera ditindaklanjuti demi menjaga keselamatan di lingkungan kerja yang berisiko tinggi.
PHR juga mengintegrasikan Geographic Information System (GIS) untuk mempermudah manajemen aset dan kendaraan di lapangan melalui aplikasi seperti SONAR dan iJourney Management System (iJMS).
Dengan kemampuan ini, PHR dapat melakukan pemetaan dan pemantauan kondisi aset yang tersebar luas, serta mengoptimalkan rute kendaraan operasional.
Integrasi GIS dengan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) berbasis Industrial Internet of Things (IIOT) memungkinkan terlaksananya pemantauan dan pengendalian proses produksi secara real-time.
“Inovasi dan aplikasi teknologi melalui transformasi digital sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, sehingga stabilitas produksi dapat terjaga dan produktivitas menjadi lebih optimal.
“Dalam hal ini kepemimpinan digital (digital leadership) dan ketangkasan digital (digital dexterity) di bisnis hulu migas menjadi fundamental dalam upaya bersama mencapai ketahanan energi nasional,” ujar Triatmojo.
Dalam hal otomasi, Robotic Process Automation (RPA) menjadi solusi yang sangat efektif dalam mendukung efisiensi di PHR.
Teknologi RPA ini telah mengotomatisasi lebih dari 60 proses dalam 44 proyek, yang menghasilkan penghematan sekitar 49.000 jam kerja atau setara dengan 23,78 Full-time Equivalent (FTE).
Aplikasi utamanya dalam penyusunan laporan Technical Completion Reporting (TCR) kini dapat disusun dengan lebih cepat dan akurat, berkontribusi pada pencapaian target operasional dengan produktivitas yang optimal.
PHR juga mengimplementasikan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai aplikasi, salah satunya adalah e-state & AI News Crawler yang memfasilitasi pemantauan isu secara cepat dan responsif.
Selain itu, teknologi AI ini digunakan dalam pemantauan kinerja pompa, di mana kemampuan prediksi yang ditingkatkan mampu mengidentifikasi pompa yang melemah hingga 20 hari lebih cepat.
Hal ini memungkinkan perbaikan proaktif dan mengurangi risiko penurunan produksi, serta sekaligus mendukung peningkatan efisiensi.
“Dengan transformasi digital ini, Pertamina Hulu Rokan tidak hanya menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi di sektor energi tetapi juga menunjukkan komitmen kami dalam mencapai target produksi dan menjaga keberlanjutan energi bagi Indonesia.
“Inovasi-inovasi ini memberikan dampak nyata yang sangat positif, baik dalam produktivitas maupun keselamatan operasional, dan kami siap untuk terus mendorong kemajuan ini demi kepentingan bangsa,” pungkas Triatmojo.
Comments are closed.