Sikap Integritas dalam GRC dan ESG untuk Keberlangsungan Perusahaan
businessnews.co.id – Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Governance, Risk, and Compliance (GRC) dan Environmental, Social, and Governance (ESG) telah menjadi acuan terbaik dalam dunia bisnis. Namun teori GRC dan ESG tidak akan pernah maksimal tanpa pelaku kerja yang berintegritas dan penerapan yang konsisten. Sehingga, sifat manusia menjadi hal terdepan saat berbicara terkait langkah-langkah menuju terciptanya GRC dan ESG dalam lingkup Perusahaan.
“Seseorang yang memiliki Integritas yang tinggi dapat dibuktikan dengan sifat yang amanah, kompeten, harmonis, loyal, akaptif, dan kolaboratif. Hal-hal ini dapat menjadi langkah awal yang baik bagi seorang pekerja.” kata Eddy Iskandar, selaku Senior Partner MMU Consulting dalam pemaparannya terkait pengaplikasian GRC dan ESG dalam berbisnis di seminar terkait Implementasi GRC & ESG Mendukung Business Judgement Rule UU BUMN & UU PT di Hotel Truntum, Kuta Bali, pada Jumat (20/9/2024).
Integritas seseorang yang dapat mempengaruhi bisnis dapat diartikan sebagai pilar utama dalam paradigma dan pengambilan keputusan perusahaan. Seseorang yang cenderung memiliki integritas yang tinggi biasanya akan memiliki paradigma yang juga baik, seperti cepat menangkap kondisi atau tren terkini, juga memproses ide-ide baru untuk peluang dalam perusahaan.
Keyakinan terhadap diri sendiri juga menjadi kunci utama dalam membentuk suatu mindset dan pemikiran terkait keputusan yang akan diambil oleh seorang direksi. Salah satu kasus yang dibahas adalah Karen Agustiawan. Ia mendapatkan perlindungan kewenangan direksi dalam pengambilan keputusan demi kebaikan bisnis dan dengan itikad yang baik. Karena dalam hukum korporasi, keputusan bisnis yang diambil dengan dasar BJR tidak dapat dianggap sebagai tindakan melawan hukum, meskipun hasilnya merugi. Perlu kita ingat, bahwa dalam bisnis, tak ada yang bisa menjamin selalu untung, dan menghukum seseorang karena perusahaan merugi adalah tindakan yang salah.
“Dari sini kita tahu, bahwa keputusan bisnis perlu diambil apapun risikonya, atas dasar sikap dan itikad yang baik. Integritas pada perusahaan dan kepercayaan diri yang tinggi pada diri sendiri juga menjadi langkah awal bagi setiap direksi yang hendak mengambil keputusan terkait bisnis yang dijalankan. Maka dari itu, dalam pengelolaan GRC dan implementasi ESG, dengan komitmen yang kuat di praktik-praktik berkelanjutan, BJR dapat menciptakan dampak positif yang tentunya tidak hanya akan dirasakan oleh direksi, namun juga masyarakat dan lingkungan. Kinerja yang baik dimulai dari kepercayaan diri yang kuat saat menjalankan tugas dan tata kelola yang baik,” tutup Eddy.
Comments are closed.