NCC 2024

Komunitas Peternak Unggas: Predatory Pricing Perusahaan Integrator Matikan Peternak Mandiri

JAKARTA, businessnews.co.id – Komunitas Peternak Unggas Nasinoal (KPUN) menilai fenomena meruginya peternak ayam mendiri yang telah berlangsung puluhan tahun disebabkan oleh perusahaan integrator yang melakukan predatory pricing ayam hidup melalui penetapan harga input sarana produk ternak (sapronak) yang tinggi.

“Diduga, perusahaan integrator lakukan predatory pricing ayam hidup untuk menyingkirkan pesaingnya melalaui harga input sapronak (sarana produksi ternak) yang tinggi dan selalu mengalami kenaikan yang tidak di imbangi dengan harga jual ayam hidup (Life Birds) dikandang,” kata Ketua KPUN Alvino Antonio dalam keterangan resmi yang diterima businessnews.co.id Kamis (12/10).

Alvino menjelaskan bahwa para peternak mandiri dibiarkan melaukan produksi dengan biaya yang tinggi. Padahal, lanjutnya, harga input sapronak bisa lebih murah dikarenakan adanya swasembada ayam pedaging. Dirinya juga menyebut bahwa para perusahaan integrasi vertikal seharusnya menjual pakan lebih murah dari kompetitornya.

“Karena mereka mendapatkan bahan baku pakan serta kuota Impor GPS lebih banyak daripada kompetitornya, mengapa malah sebaliknya menjual lebih mahal dibanding kompetitor mereka,” tambah Alvino.

Di sisi lain, Ketua KPUN juga menyinggung bahwa kesulitan yang dialami peternak mandiri dan peternak rakyat ini tidak terlepas dari adanya langkah kebijakan Kementerian/Lembaga terkait yang tidak memiliki orientasi secara jelas dalam melindungi peternak mandiri dan peternak rakyat, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 45 Pasal 28G ayat 1 dan Pasal 28H ayat 1 tentang Hak atas perlindungan diri pribadi dan Hak Hidup Sejahtera.

Situasi ini predatory pricing perusahaan integrator yang menjual ayam hidup ke pasar becek/tradisional Rp. 19.000 – 20.000 per kg dibawah biaya pokok produksi peternak mandiri yaitu Rp. 21.000 – 22.000 per kg (berat ayam hidup (1,6 – 1,8 kg) disebutnya mengakibatkan harga jual ayam hidup di pasaran selalu turun dibawah HPP peternak mandiri, dimana input sapronak lebih tinggi daripada harga jual ayam hidup di kandang.

“Saat peternak mandiri panen justru harga ayam hidup selalu dirusak oleh para integrator ayam hidup (Life Birds) menjual dibawah Harga Pokok Produksi peternak mandiri sehingga selalu saja peternak mandiri menjadi korban,” ujarnya.

Namun anehnya, lanjut Alvino, para Feedmill dan breeder justru dapat menciptakan pelaku baru untuk bermitra dengan iming-iming bahwa berproduksi ayam pedaging menciptakan peluang serta keuntungan luar biasa padahal justru menjerumuskan investor kepada kebangkrutan dan bahkan ada beberapa peternak mandiri yang bunuh diri karena jeratan hutang.

Comments are closed.