Inflasi Inti AS Melandai di Agustus 2023

JAKARTA, businessnews.co.id – Amerika Serikat (AS) mencatat data inflasi inti pada periode bulan Agustus 2023 yang semakin melandai. Pada periode tersebut, inflasi inti tercatat mengalami penurunan menjadi sebesar 4,3% (year-on-year/yoy) dibandingkan bulan lalu sebesar 4,7% yoy.

Data Inflasi yang mengukur tingkat kenaikan harga-harga diluar komponen fluktuatif seperti makanan dan energi pada Agustus 2023 ini juga tercatat yang terendah sejak 23 bulan terakhir, tepatnya pada September 2021 dengan besaran inflasi inti AS mencapai 4,7% yoy.

Laju inflasi yang berada lebih rendah dari bulan sebelumnya ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi inti sebesar 4,3% yoy. Menurut komponennya, harga-harga terpantau melambat pada kategori tempat tinggal, rekreasi, pakaian hingga kendaraan baru.

Secara rinci, tingkat inflasi harga tempat tinggal di AS pada periode ini turun menjadi 7,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya pada Juli 2023 sebesar 7,7% yoy. Sementara kategori rekreasi, pakaian, dan kendaraan umum juga kompak turun menjadi 3,5% yoy ; 3,1% yoy; dan 2,9% yoy.

Harga-harga juga terpantau melambat pada kategori lainnya, seperti kategori mobil bekas dan truk yang tercatat turun menjadi -6,6% yoy dari -5,6% yoy pada Juli 2023, serta juga pada kategori layanan kesehatan yang turun menjadi -2,1% dari bulan sebelumnya -1,5% yoy.

Inflasi inti AS yang terus melandai menjadi sinyal positif bagi dunia investasi di Tanah Air. Inflasi AS yang terkendali akan berujung pada kebijakan bank sentral AS untuk menerapkan suku bunga acuan pada level yang lebih rendah dan akomodatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Jika bank sentral AS, atau federal reserve (the Fed) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan pada level yang lebih rendah, maka hal tersebut dapat menjadi angin segar bagi berbagai instrumen investasi yang ada di dalam negeri.

Sebab, ketika suku bunga deposito dan instrumen keuangan yang lebih aman memberikan tingkat pengembalian yang rendah, investor tentu akan beralih ke instrumen investasi lain yang mampu memberikan imbal hasil lebih tinggi, misalnya seperti saham dan obligasi korporasi.

Comments are closed.