Tak Ada Mudik, Perekonomian Daerah Lesu

BusniessNewsIndonesia –Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, tapi pelarangan untuk tak beribadah dengan ramai-ramai atau berjemaah dan juga pelarangan untuk tidak mudik sudah diteken pemerintah. Tujuan mulianya adalah agar penyebaran virus corona covid-19 tak menyebar ke kampung-kampung. Agar segera cepat hilang dari bumi Indonesia tercinta ini.

Kita semua tahu, mudik adalah salah satu fenomena tahunan yang tak hanya budaya di tanah air namin juga mode perpindahan uang dari kota ke daerah. Momen libur lebaran dimanfaatkan sebagian besar masyarakat tanah air terutama perantau untuk pulang kampung dan kembali menjalin silaturahmi setelah lama tak bersua.

Jumlah pemudik dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat pesat. Sejak periode 2015-2018 saja jumlah total pemudik di tanah air telah bertambah sebesar 29,6%. Namun jumlah pemudik cenderung terdampak akibat mahalnya tiket tahun lalu.

Jumlah pemudik tahun ini pun diperkirakan akan merosot sebagai akibat dari merebaknya wabah corona di tanah air. Ancaman anjloknya jumlah pemudik di tahun ini juga jelas meninggalkan segenap konsekuensi bagi perekonomian.

Salah satu indikator yang disorot saat momen mudik lebaran adalah perputaran uang. Mobilisasi orang dari wilayah urban ke daerah masing-masing memicu ekonomi daerah turut menggeliat.

Apalagi saat lebaran biasanya karyawan swasta maupun PNS mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Sesampainya di kampung halaman THR diberikan untuk memberikan santunan bagi saudara hingga dibelanjakan berbagai kebutuhan mulai dari pangan, sandang hingga rekreasi.

Jika mengacu pada hasil survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun lalu dana pemudik dari Jabodetabek saja mencapai Rp 10,3 T. Dana ini banyak bergerak ke Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 T, Jawa Barat Rp 2,05 T dan Jawa Timur sebesar Rp 1,3 T.

Hal ini membawa berkah bagi ekonomi daerah dan sejalan dengan prediksi Bank Indonesia yang mencatatkan kenaikan kebutuhan uang selama lebaran periode 5 tahun terakhir.

Pada 2015 tercatat jumlah kebutuhan uang selama momen lebaran mencapai R 125 T. Tahun lalu nilainya mencapai Rp 217 T. Artinya rata-rata peningkatan per tahunnya mencapai 14,8% (CAGR).

Nilai kebutuhan uang tersebut tentunya sangatlah besar karena hanya terjadi kurang lebih 14 hari saat momentum lebaran. Jumlah tersebut hampir setara dengan 10% APBN dan setara dengan 1,38% Produk Domestik Bruto (PDB) RI tahun 2019.

Kemungkinan besar kondisi itu tak akan terjadi tahun ini. Walau pemerintah mengimbau warganya untuk tidak mudik, tetapi sebagian orang yang terkena PHK sudah memilih mudik.

Pada Maret saja, tercatat sudah ada lebih dari 14 ribu orang yang mudik ke berbagai wilayah di Jawa menggunakan angkutan darat. Tak sedikit dari mereka yang memilih mudik karena kehilangan pekerjaan di ibu kota. Kondisi ini memang memprihatinkan.

Presiden Jokowi mengimbau bagi masyarakat yang sudah mudik agar mengisolasi diri selama 14 hari. Jokowi juga meminta pemerintah daerah setempat juga turut mengawasi dan melakukan pengecekan.

Gelombang mudik tahun ini diperkirakan akan terbagi menjadi tiga. Gelombang pertama akan terjadi di awal April, gelombang kedua saat puasa dan gelombang terakhir jelang lebaran.

Bagaimanapun juga dari >20 juta pemudik tiap tahunnya, lebih dari separuhnya disumbang oleh pemudik dari Jabodetabek. Untuk saat ini ada 36 Juta penduduk Jabodetabek, dengan asumsi 30% adalah perantau dan melakukan mudik setiap tahunnya maka artinya akan ada rata-rata 12 juta orang yang mudik. Tahun lalu jumlah warga Jabodetabek yang mudik mencapai 14,9 juta orang.

Namun jumlahnya kemungkinan besar tidak akan semudah itu dengan adanya pembatasan mobilitas publik yang dilakukan untuk saat ini. Beberapa perjalanan menggunakan angkutan darat berupa kereta api bahkan sudah dibatalkan. Jika pemudik dari DKI Jakarta anjlok setengahnya saja maka total pemudik di tahun ini mencapai 22 juta orang atau turun 21%.

Jika dengan skenario jumlah pemudik Jabodetabek turun seperempat hingga setengah dari tahun lalu maka kami memperkirakan perputaran uang beredar dalam momen mudik tahun ini bisa turun Rp 2,1-5,3 T atau.

Ini baru dari Jabodetabek saja dan masih mengacu pada data survei Balitbanghub dengan 40% pemudik Jabodetabek menghabiskan uang Rp 500 ribu – Rp 2,5 juta di lokasi mudik. (Ed.AS/BusniessNewsIndonesia/cnbc)

Comments are closed.