Jelang Pengumuman BPS, IHSG Diprediksi Masih di Zona Hijau

BusinessNews Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih akan berada di zona penguatan.  Seiring dengan rencana rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi 2020 pada hari ini (5/2).

Seperti diketahui, dalam perdagangan kemarin (4/2), IHSG parkir di  zona hijau dengan penguatan sebesar 0,48 persen atau 29,47 poin ke level 6.107,26. IHSG berhasil melampaui angka 6.100 dengan rentang pergerakan sepanjang hari di angka 6.069-6.179.

Dalam perdagangan kemarin, setidaknya terdapat 205 saham yang mengalami penguatan. 265 saham melorot ke zona merah dan 170 saham stuck di harga sama seperti perdagangan sebelumnya. Secara total, nilai kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp 7.215,37 triliun.

Seperti dikutip dari bisnis, Investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 609,12 miliar. Melalui penambahan tersebut, jika diakumulasi sejak awal tahun maka dana investor asing dalam aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 15,15 triliun.

Nafan Aji Gusta, Analis Binaartha Sekuritas, seperti dalam Bisnis.com (5/2), mengungkapkan bahwa berdasarkan rasio fibonacci, level support maupun resistance IHSG berada pada level 5.992,73 hingga 6.179,13. Berdasarkan indikator yang ada, kata dia, MACD telah menciptakan pola dead cross di area positif.

Walaupun begitu, Stochastic dan RSI bergerak ke atas di area netral. Di samping itu, terlihat pola upward bar yang mengisyaratkan masih adanya potensi penguatan pada pergerakan IHSG. Sehingga berpeluang menuju ke resistance terdekat.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik direncanakan akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV/2020. Dan juga keseluruhan tahun 2020 pada hari ini tepatnya pukul 09.00 WIB.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan terkontraksi sekitar 2 persen. kontraksi tersebut didominasi penurunan konsumsi rumah tangga dan investasi.

Dia turut berujar bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 pun akan menjadi yang terendah sejak 1999, pasca krisis moneter 1998. Di mana saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar -13,1 persen. (W/ZA)

Comments are closed.